Semarang, ditphat.net – Direktur Jenderal Kesehatan Jiwa dan Psikolog Forensik RS Marzoek Mahdi Nova Riyanti Yusuf menyoroti kasus bunuh diri ahli anestesi Aulia Risma Lestar. Ia mengatakan, beberapa literatur menunjukkan bahwa ahli anestesi rentan melakukan bunuh diri.
“Ada indikasi kuat bahwa ahli anestesi atau spesialis anestesi memiliki kecenderungan tinggi untuk melakukan bunuh diri,” kata Nova, dikutip Youtube tvOne pada Kamis, 15 Agustus 2024.
Nova juga menjelaskan bahwa sebagian besar ahli anestesi memilih metode bunuh diri ini karena akses terhadap berbagai obat anestesi yang mudah dan legal.
“Metode bunuh diri bagi ahli anestesi adalah penggunaan obat bius,” ujarnya.
Nova menekankan pentingnya fokus pada kesehatan mental ahli anestesi dengan membatasi akses ahli anestesi terhadap obat anestesi jika mereka menunjukkan tanda-tanda berisiko tinggi untuk bunuh diri.
“Anehnya, alat bantu bunuh diri seharusnya mencegah dan menjauhkan kecenderungan atau perilaku bunuh diri agar ide tersebut tidak menjadi sebuah tindakan atau upaya,” kata Nova.
Sebagai psikolog forensik, Nova mengusut tuntas kasus bunuh diri dr Aulia Risma. Berdasarkan izin etik yang diperoleh, Nova mulai mengumpulkan data untuk mendapatkan gambaran lebih komprehensif tentang latar belakang dan kondisi psikologis Aulia sebelum kejadian tragis tersebut.
Rencana penyidikan meliputi wawancara dengan pihak universitas dan rumah sakit tempat dokter tersebut bekerja, kunjungan ke tempat di mana nyawa korban diakhiri, serta perbincangan dengan kerabat yang tinggal di Tegal.
Tujuan dari setiap wawancara adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang mungkin berkontribusi terhadap kondisi mental Aulia, seperti beban kerja, hubungan interpersonal, dan masalah pribadi yang mungkin tidak disadari banyak orang.
Aulia meninggalkan catatan di buku hariannya yang dianggap sebagai bukti awal dugaan perundungan yang dialaminya sebelum akhirnya memutuskan untuk bunuh diri. Nova berharap bisa melihat buku harian itu untuk memulai proses penelitian.
Buku harian tersebut dapat digunakan untuk menemukan pola atau catatan yang menunjukkan suatu bentuk tekanan mental atau emosional yang mungkin dialami Aulia. Catatan harian ini juga dapat memberikan wawasan mendalam tentang kondisi psikologis Aulia dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusannya.
“Kami berharap bisa melihat diary tersebut karena penting untuk proses triangulasi saat kami melakukan proses psikologis,” jelas Nova.
Sebelumnya, dr Aulia Risma Lestari ditemukan tewas bunuh diri di wismanya di Semarang. Ia meninggal pada Rabu, 14 Agustus 2024 setelah menyuntikkan obat bius ke tubuhnya. Ia diduga gagal menahan perundungan orang tuanya saat mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Anestesiologi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip).