
ditphat.net – Media sosial telah dihidupkan kembali dari perkembangan baru, kali ini dengan tagar #Kaburjadu yang merupakan virus di platform X.
Ketika Anda mencari kata sandi “baru saja melarikan diri sebelum” di kolom penelitian X, Anda akan menemukan berbagai keluhan dari warga negara Indonesia mengenai serangkaian kebijakan terbaru.
Beberapa momen terkemuka termasuk Resolusi Ketenagakerjaan (PHK) di TV dan RRI, ketentuan untuk peningkatan pelajaran individu (UKT) oleh Kementerian Pendidikan, efisiensi anggaran, untuk mencegah anggaran untuk modal Eyjaklasan (IKN), yang dianggap sebagai proyek baru.
Selain berisi keluhan, tanda hash juga banyak pesan untuk meninggalkan Indonesia dan mencari kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Beberapa pengguna X mengekspresikan pandangan mereka tentang situasi di negara ini.
Akun @raffimullyaaa, misalnya, menulis: “Ayo #Kaburjadu guys, bakat Anda di sini tidak diterima dan diterima. Tidak terlihat, nepotisme berakar di sini.
Sementara itu, akun @RangWarga mengatakan: “Memahami #Kaburjadu adalah masalah menemukan kehidupan yang lebih baik karena di negara ini tidak ada yang sulit, kepastian hukum tidak nyaman, pemerintah tidak dominan, ekonomi yang buruk, pajak besar tidak mendapatkan apa -apa”.
Tagar semakin meluas setelah kisah desa muncul yang telah memilih untuk meninggalkan posisinya untuk kembali bekerja di luar negeri.
Dodi Romdani, kepala desa Sukamulya, distrik Purwadadi, Kabupaten Ciamis, pensiun pada tahun 2024 dan kembali ke Jepang sebagai pekerja migran Indonesia.
Dodi sudah bekerja di Jepang sebelum bekerja sebagai desa selama hampir enam tahun. Sesuai dengan perpanjangan dealer baru, komandan desa seharusnya bekerja selama delapan tahun, tetapi Dodi memilih untuk kembali untuk pindah sebelum kuasa pengacara selesai.
Keputusan Dodi mengumpulkan berbagai reaksi dari netizen. Banyak yang mengklaim iri dengan langkah mereka dan berharap untuk melakukan hal yang sama, memberikan berbagai masalah yang terjadi di negara ini.
Tagar #Kaburjadu saat ini mencerminkan beberapa gangguan kondisi sosial, ekonomi dan politik di Indonesia.