Mengejar Budaya Indonesia yang Diklaim Negara Lain

ditphat.net – Yayasan Diwa bekerjasama dengan Yayasan Wage Rudolf Soepratman. Pada hari Sabtu tanggal 1 Juni 2024 telah berlangsung penandatanganan saling pengertian atau kerja sama di bidang pendidikan, kebangsaan, dan kebudayaan.

Dia Warih Anjari, Ketua Pengurus Yayasan Diwa, menyatakan kemitraan kedua yayasan merupakan bukti komitmen mereka untuk memberikan kontribusi nyata di bidang pendidikan, etnis, dan budaya. 

“Kami ingin mempertebal nasionalisme, mempertebal rasa cinta terhadap NKRI, dan memupuk semangat kebangsaan khususnya bagi generasi muda. “Kemitraan ini mempertemukan kedua belah pihak untuk mencapai hal tersebut,” jelas Dia Warih Anjari.

Sosok yang akrab disapa Diva ini mengungkapkan, ada permasalahan besar yang ingin diselesaikan bersama oleh yayasannya dan Yayasan Wage Rudolf Soepratman. Pertanyaan ini dalam rangka mengikuti jalur nasionalisme. 

“Kami menjalin kembali nilai-nilai nasional dengan segala upaya kami. “Kami terutama fokus pada aspek pendidikan dan budaya,” tambahnya.

Di sisi lain, Ketua Umum Yayasan “Wage Rudolf Soepratman” Puti Harry mengungkapkan kerja sama yang terjalin adalah untuk sejalan dengan jalur persatuan bangsa.

Ia menilai nilai juang para pahlawan kita saat ini sedang dihancurkan. Nilai-nilai gotong royong juga semakin memudar. 

“Jadi kami bermitra dengan Diwa Foundation dan berbagai organisasi yang didatangkan oleh Diwa Foundation. Setidaknya kita bisa menjalin kembali apa yang sudah menjadi visi dan misi,” ujarnya. 

Budi mengatakan melalui kerja sama ini pihaknya akan fokus mengejar budaya Indonesia yang diklaim luar negeri. 

“Reog merupakan salah satu hal yang diakui Malaysia di UNESCO. Jangan biarkan hal itu terjadi lagi. Namanya budaya, jangan sampai orang luar mengetahuinya. Faktanya, orang-orang dari luar negeri belajar banyak tentang budaya kita.” lanjutnya 

Selain Reog, Budi menjelaskan pihaknya juga akan melestarikan budaya yang ada di masing-masing daerah. 

“Setiap marz pasti mempunyai sesuatu yang memiliki budayanya masing-masing, misalnya ada peristiwa di desa yang terjadi pada masa lalu, patut dilestarikan,” tegasnya. 

Sedangkan Yayasan Wage Rudolf Soepratman sendiri merupakan yayasan yang berdiri sejak tahun 1999. Kemudian baru dinyatakan sebagai negara pada tahun 2021. 

“Dengan demikian, keturunan saudara-saudara WR Supratman bersatu dalam Yayasan WR Soepratman. Banyak hal yang kami lakukan, termasuk mendeklarasikan Hari Musik Indonesia. Pada tahun 2013 ditetapkan sebagai hari musik nasional berdasarkan keputusan presiden,” jelasnya.

Selain itu, banyak juga kegiatan yang berkaitan dengan nasionalisme, seni dan budaya. 

“Pentingnya dana ini adalah untuk mencegah hal itu. Banyak orang luar yang mengaku sebagai istrinya, putri angkatnya. Sekarang dengan adanya yayasan ini masyarakat mengetahui siapa WR Soepratman,” ujarnya.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *