Jakarta, ditphat.net – Pendiri sekaligus anggota Majelis Muslimin Hukam (MHM), Quraish Shihab mengatakan, banyak tokoh agama dari berbagai agama di dunia yang tertarik mempelajari praktik toleransi di Indonesia yang dinilai berhasil mengelola keberagaman.
Pernyataan itu disampaikan Quraish saat menghadiri beberapa pertemuan tokoh lintas agama internasional sebagai perwakilan Dewan Hukam Muslim, sebuah organisasi yang dipimpin oleh Grand Sheikh Al Azhar Ahmed Al Tayeb.
“Saat kami berbincang dengan teman-teman di majelis Hukama, banyak dari mereka yang mengungkapkan kebahagiaannya untuk Indonesia dan mengatakan ingin belajar di Indonesia,” kata Quraish Shihab saat berbincang dengan media di Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Menurut kaum Quraisy, toleransi tidak selalu berarti menyerah, melainkan saling membantu, tidak membeda-bedakan agama, suku, atau warna kulit.
“Perlu kita tegaskan bahwa perbedaan adalah bagian dari kehidupan. Tanpa perbedaan maka kehidupan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Quraish juga menambahkan bahwa para pemimpin agama mengakui bahwa Indonesia berhasil mengelola keberagaman dan memiliki kekuatan unik untuk memacu aksi kemanusiaan. Negara yang majemuk seperti Indonesia mempunyai potensi besar dalam memperkuat kerukunan antar umat beragama.
Ia juga mengenang kunjungan Grand Sheikh Al Azhar Ahmed Al Tayeb ke Indonesia, dimana Grand Sheikh menyatakan keinginannya untuk mengadakan pertemuan lagi di Indonesia untuk membahas peran agama dalam perekonomian.
“Syeikh menyampaikan keinginannya untuk kembali ke Indonesia dan melakukan dialog ekonomi sebagai bukti bahwa agama dan ekonomi bisa berjalan bersama,” jelas Quraisy.
Di sisi lain, Anggota Pengurus Majelis Hukama Muslim, TGB M. Zainul Majdi mengatakan, MHM fokus membangun budaya damai. Menurutnya, budaya damai hanya bisa dicapai dengan membuka ruang dialog, bukan dengan menjaga sikap eksklusif.
TGB Zainul Majdi juga menegaskan, salah satu upaya penting MKM adalah penandatanganan Dokumen Persaudaraan Manusia oleh Syekh Besar Al Azhar Ahmed Al Tayeb dan Paus Fransiskus, yang menunjukkan komitmen kuat terhadap toleransi dan kerja sama untuk kemaslahatan umat manusia.
“Dokumen tersebut merupakan salah satu pernyataan paling berpengaruh dalam sejarah, yang menegaskan komitmen kita bersama terhadap toleransi dan kerja sama demi kepentingan umat manusia,” ujarnya.