Jakarta, Wiwa – Program Studi Komunikasi Universitas Bekri menerima kunjungan akademik dari Fakultas Komunikasi dan Studi Media, Universiti Teknologi MARA (UiTM), Malaysia. Dalam kesempatan tersebut, kedua institusi membahas tantangan baru di era digital: Mengembalikan nilai kerendahan hati pada generasi muda. Dalam dialog antar budaya ini, mahasiswa dan dosen dari kedua institusi memaparkan solusi pendidikan dan inisiatif sosial.
Mengutip data Digital Loneliness Index 2020 yang mensurvei 16.000 peserta dari 32 negara, warga negara Indonesia menempati peringkat ke-29 dari seluruh responden, meski skornya meningkat dari 67 menjadi 76. Malaysia justru turun 4 poin menjadi 63. Penurunan ini disebabkan oleh meningkatnya penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi.
Ia mendorong kedua lembaga tersebut untuk menyelenggarakan dialog bertajuk “Revitalisasi Politik di Era Digital: Perspektif dari Indonesia dan Malaysia”. Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakri, Lena Alice Prasetiya, memimpin diskusi tersebut dan mengingatkan hadirin bahwa “kita perlu bersama-sama memupuk budaya kesopanan karena Indonesia dan Malaysia adalah wajah Asia.”
Menanggapi tantangan tersebut, mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Bakri membuat kampanye #CourtesyYoung. Kampanye tersebut meliputi pengajaran melalui konten di media sosial untuk mengedepankan komunikasi yang sopan, serta menciptakan zona kata-kata kotor di kampus yang mengajak mahasiswa untuk menghindari bahasa kasar dalam percakapan sehari-hari.
Mahasiswa UiTM, Tunku Mahsuri Zewa dan Muhammad Johan Isnin, berbagi pandangan mereka tentang bagaimana masuknya konten media sosial secara massal di Malaysia mempengaruhi perilaku generasi muda. Mereka sepakat bahwa nilai ini penting untuk menjaga hubungan baik di dunia digital yang dinamis. Tinku Mahsuri menjelaskan, “Sebagai generasi muda, kita perlu saling mengingatkan bahwa sopan santun adalah kunci komunikasi yang saling menghormati.”
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Ph.D. Suharinthi menyoroti peran komunikasi dalam tantangan ini. “Sebagai guru, kami berharap siswa memahami bahwa komunikasi yang etis bukan sekedar soal keterampilan, tapi juga bagian dari karakter ketika memasuki masyarakat.” Ia mengatakan, kesantunan harus ada dalam setiap cara kita berkomunikasi, baik berbicara, menulis, maupun komunikasi digital.
Dr Van Norabani Van Norden, Kepala Pusat Komunikasi Strategis UiTM, memuji inisiatif program studi Ilmu Komunikasi Universitas Bakri dalam menciptakan dialog ini. Sebagai tindak lanjutnya, kedua lembaga sepakat untuk menjajaki peluang kolaborasi lebih lanjut, seperti penelitian bersama mengenai etika komunikasi digital bahkan potensi kampanye budaya. Ia pun berharap inisiatif ini dapat memberikan dampak nyata dalam menanamkan moralitas dan karakter pada generasi muda.
Upacara yang digelar di kompleks Menara Bakri ini dimeriahkan dengan tarian tradisional Betawi, Leng Gong Nai, sebagai simbol penyambutan para tamu. Prof Dr Dodi Rodianto, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakri, mengatakan pendidikan harus menjadi jembatan antara nilai-nilai tradisional dan tantangan modern. Agenda diakhiri dengan tur ke Laboratorium Komunikasi Universitas Bakri yang meliputi studio TV dan radio. Mahasiswa UiTM berkesempatan melakukan sesi siaran podcast bersama Bakri University MacLab untuk menambah pengalaman dalam proses komunikasi.
Program studi Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Bakri yang merupakan bagian dari Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial (FEIS) didirikan pada tahun 2010 dengan tiga peminatan: Komunikasi Korporasi, Jurnalisme Multimedia dan Komunikasi Pemasaran. Dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan pengalaman, program ini memberikan siswa pengalaman praktis untuk memenuhi kebutuhan industri komunikasi yang dinamis. Mendapat akreditasi tinggi dari BAN-PT, program studi Sarjana Ilmu Komunikasi terus mengembangkan kurikulum dan prestasi mahasiswa untuk menyiapkan tenaga profesional yang berkualitas di bidang komunikasi.