Kerang Coklat untuk Budidaya Lobster, Tak Dikonsumsi Manusia

ditphat.net JAKARTA – Indonesia berpotensi menjadi produsen lobster terbesar di dunia karena memiliki sumber benih lobster (BBL) yang besar. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup lobster di alam hanya 0,01%.

Salah satu dari banyak tantangan dalam budidaya lobster adalah rantai pasokan makanan, dimana kerang merupakan komponen kuncinya. Pakan kerang terbukti meningkatkan pertumbuhan dan laju produksi budidaya lobster.

Selain itu pakan kerang mengandung unsur hara yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan lobster, sehingga diharapkan terjadi peningkatan produksi budidaya.

Departemen Penerapan Teknologi Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan terus berupaya melakukan inovasi teknologi budidaya perikanan untuk menyuplai pakan lobster yang berkualitas.

“Balai Budidaya Laut Lombok (BPBL) telah berhasil memperoleh teknologi pembibitan dan budidaya kerang coklat Mytilopsis adamsi. Kami berharap dapat diterapkan langsung ke sentra budidaya lobster. Mulai dari penetasan, pemeliharaan, hingga pertumbuhan,” TB Haeru Rahayu, Budidaya Perikanan , Direktur Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan:

Ia juga menegaskan alasan Ditjen Perikanan Budidaya ingin mengembangkan kerang perang. Hal ini karena kami yakin kerang coklat dapat menjadi pakan lobster yang berkualitas dan gizinya baik.

Alasan lainnya adalah karena kerang coklat tidak dimakan manusia, mereka hanya bisa fokus memberi makan lobster, sehingga tidak ada lagi alasan persaingan antara manusia dan lobster untuk mendapatkan makanan.

“Keunggulan lain dari kerang coklat adalah cepat tumbuh dan mudah dibudidayakan. Berdasarkan berbagai referensi, kerang coklat sangat toleran terhadap air payau dengan tingkat salinitas 15 hingga 25 ppt,” kata Haeru.

Selain itu, keunggulan kerang coklat adalah masa pertumbuhannya yang cepat. Artinya dalam 2 hingga 3 bulan, Anda dapat menghasilkan koloni sekitar 25 hingga 30 kg kerang per meter kubik, yang setara dengan 10.000 hingga 15.000 individu berukuran 2 hingga 3 kerang. Gram per kerang.

Setidaknya dibutuhkan 50 hingga 100 hektare kolam air payau untuk menghasilkan kerang coklat untuk mendukung kawasan budidaya lobster seperti Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB).

Setelah kurang lebih empat bulan melakukan penaburan dan pemeliharaan kerang perang, BPBL Lombok telah menghasilkan sekitar 150.000 indukan kerang coklat bersama dengan 200 penangkar kerang coklat yang sebagian diantaranya berada di Lampung, Batam, Situbondo dan Karangasem dan didistribusikan.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *