LIVE – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyalahkan Angkatan Bersenjata Suriah (SAA) sebagai salah satu faktor runtuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.
Read More : Profil Rossana Kluivert, Istri Kedua Patrick Kluivert yang Awet Muda Meski Usia 53 Tahun
Satuan tentara Suriah bernama Araghchi tidak mampu melawan kelompok pemberontak Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) yang berhasil menguasai banyak wilayah dalam waktu singkat.
Pasukan oposisi yang dipimpin Abu Mohammad al-Julani mampu dengan cepat menggempur unit tentara Suriah ketika melancarkan serangan ke Idlib pada 27 November 2024. Mereka akhirnya berhasil menerobos Aleppo dan Damaskus.
“Yang mengejutkan adalah ketidakmampuan tentara Suriah dalam menghadapi pergerakan kelompok bersenjata. Dan yang kedua, kecepatan pergerakan mereka,” kata Araghchi.
“Adalah tugas tentara Suriah untuk melawan kelompok anti-pemerintah. Jika tentara Suriah melawan, Aleppo pun tidak akan jatuh,” ujarnya seperti dikutip VIVA Milita dari Kantor Berita Mehr.
Araghchi juga mengungkapkan, sebelumnya al-Assad sempat mengeluhkan kondisi tentaranya. Hal itu terungkap dalam pertemuan kedua pejabat tersebut di Damaskus, awal Desember 2024.
Read More : Promosi Jabatan Korps Baret Merah, Mayor Hery dan Millian Dilantik Jadi Komandan Batalyon Kopassus
Meski demikian, Araghchi menegaskan pihaknya akan menunggu bagaimana nasib Suriah pasca tumbangnya rezim al-Assad. Iran mengatakan Araghchi akan melanjutkan pembukaan kedutaan Suriah di Teheran.
“Kami menunggu dan melihat pemerintahan seperti apa yang akan terbentuk di Suriah,” lanjut Araghchi.
“Jika kita sampai pada titik di mana kita mengakui pemerintah tersebut, tentu saja kita akan memberikan mereka kedutaan Suriah di Teheran. Sampai saat itu, duta besar saat ini dan stafnya akan tetap berada di kedutaan mereka,” katanya.