MALANG, ditphat.net – Mahasiswa dari berbagai program penelitian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mengembangkan alat deteksi dini penyakit rheumatoid arthritis atau rematik dengan menganalisis kondisi kuku.
Artritis reumatoid, atau rheumatoid arthritis, adalah penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan jangka panjang pada persendian. Meskipun penyakit ini terutama terjadi pada orang lanjut usia, penyakit ini juga dapat menyerang orang dewasa dan dewasa muda.
Abi Mufit Octavio, salah satu anggota tim yang mengembangkan alat tersebut, mengatakan begitu rheumatoid arthritis mencapai tahap ekstrim, penyakit tersebut tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan kelumpuhan.
Abhi menjelaskan, deteksi dini terhadap risiko seseorang terkena penyakit rematik merupakan hal yang penting. Alat ini telah diuji pada lebih dari 100 sampel dan mendapat respon positif.
“Kami memiliki ukuran sampel yang besar dari remaja, dewasa, dan manula. “Setelah menggunakan alat deteksi dini dan melakukan pemeriksaan ulang lebih lanjut, kami mendapatkan hasil yang bermanfaat,” kata Antara, Selasa, 13 Agustus 2024.
Alat ini bekerja dengan menganalisis berbagai aspek kondisi kuku, seperti tekstur, garis atau lubang, warna menguning, kerapuhan, dan sisik berdarah. Indikator-indikator ini seringkali tidak terlihat dengan mata telanjang.
Jika terdeteksi gejala rematik menggunakan alat ini, pasien akan dirujuk untuk pemeriksaan kesehatan lebih lanjut. “Gejala penyakit rematik sangat bervariasi, dan alat kami memungkinkan kami memvisualisasikan hasil analisis kuku yang difoto untuk identifikasi lebih lanjut,” tambahnya.
Diakui Abi, menciptakan penemuan ini tidak mudah dan membutuhkan waktu lebih dari sebulan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Rencananya perangkat tersebut akan diproduksi secara massal dan melengkapi portofolio inovasi di dunia kesehatan.
“Dengan biaya produksi sebesar Rp7 juta, kami yakin ini adalah angka yang kecil untuk sebuah inovasi di dunia kesehatan. Kedepannya kami akan bekerja sama dengan perusahaan yang bisa mengkomersialkannya,” ujarnya.
Ia yakin penemuan ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia kesehatan, terutama dalam membantu masyarakat mendeteksi gejala rematik sejak dini sehingga pasien dapat segera mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan.
Abhi berpesan kepada mahasiswa khususnya di UMM untuk terus berpikir kreatif dan berinovasi. “Dulu banyak penemu penemuan terbarukan yang masih berusia muda. Pastinya anak muda masa kini juga bisa melakukan hal yang sama. Jangan bosan dengan inovasi karena setiap penemuan pasti membawa manfaat,” ujarnya.
Anggota kelompok ini antara lain Nuri Virtasia, Freniska Yinsenia W. dan Testa Karina dari Program Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan, serta Abi Mufit Octavio dan Muhammad Lutfi dari Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik.