BYD Kena Semprot Airlangga Hartarto, Siap Cabut Insentifnya Jika Melanggar

ditphat.net – Menko Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini menyemprot bos BYD saat mengunjungi pameran Gaikindo Jakarta Auto Week atau GJAW 2024 di ICE, BSD, Tangerang.

Airlangga Hartarto yang juga mengunjungi booth merek mobil asal China itu bertemu langsung dengan Liu Xueliang, General Manager BYD Asia Pacific Automotive Sales Department, dan mempertanyakan janji mereka.

Merek mobil yang berkantor pusat di Shenzhen ini berjanji akan membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia dan pabrik di Kawasan Industri Smartpolitan Subang Jawa Barat yang dikelola oleh Suryabuat Industry City.

Selain produksi mobil, mereka menjanjikan manis kepada pemerintah untuk memproduksi baterai dalam negeri dengan total nilai investasi sebesar $1,3 miliar atau setara Rp20 triliun dengan kapasitas produksi 50.000 unit per tahun.

Pada peluncuran pertama BYD di Indonesia pada Januari 2024, nilai investasi dan kapasitas produksi dialihkan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.

Kini nilai investasi pabriknya saja setara dengan Rp 16 triliun atau setara dengan luas 108 hektare.

Sementara itu, sebelum membangun pabrik dan menyiapkan serangkaian fasilitas yang dijanjikan kepada pemerintah, BYD akan sepenuhnya mengimpor dan menjual keempat produknya, Dolphin, Atto 3, Seal, dan M6, ke pasar lokal terlebih dahulu.

Setelah menikmati konsesi dari negara selama hampir setahun, Airlangga Hartarto menentang keras janji BYD untuk membangun pabrik di pasar lokal, karena perjanjian tersebut mengharuskan ekspor, bukan hanya penjualan lokal.

“Tidak hanya untuk dalam negeri tapi juga untuk ekspor. “Kalau status kawasan ekonomi khusus BYD tidak diekspor, saya batalkan,” ujarnya kepada petinggi BYD di hadapan wartawan di ICE BSD, Tangerang, dilansir Senin, 2 November 2024.

Seperti diketahui, BYD menjadi merek pertama di Indonesia yang menikmati insentif CBU (Completely Built) berupa bebas bea masuk dan PPnBM (Pajak Penjualan Atas Barang Mewah) ditanggung pemerintah.

Meski keempat modelnya masih berstatus impor, tak heran jika harga jualnya mampu bersaing di pasaran, khususnya mobil listrik dalam negeri, misalnya Hyundai Ioniq 5, Kona Electric, Chery Omoda E5, Wuling Cloud EV.

Pabrik Byd akan selesai pada akhir tahun 2025 dan produksi dapat segera dimulai sesuai kesepakatan dengan pemerintah, menanggapi pernyataan Liu Xueliang, mantan Ketua Umum Partai Golkar.

“Pabrik ini akan selesai akhir tahun depan. Jadi Anda bisa segera beraksi di Indonesia. “Yang belum pasti kita akan menjadikan Indonesia salah satu yang terbesar di dunia,” ujarnya.

Pemerintah menawarkan insentif CBU kepada BYD selama 2 tahun, yang berarti pabriknya harus siap beroperasi pada tahun 2026. Kapasitas produksinya kemudian akan sesuai dengan jumlah unit yang diimpor selama ini.

Jika jumlah unit yang diproduksi di dalam negeri berada di bawah kuota impor, BYD akan dikenakan sanksi.

By ditphat

Related Post

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *