
JAKARTA – Sumber daya pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi dikembangkan untuk membantu lebih banyak guru dan pendidik dari daerah tertinggal, terpencil, dan terpencil (3T) mengakses materi di platform Merdeka Mengajar (PMM).
Driving Cloud adalah sistem yang berbasis server lokal dan titik akses, sehingga tidak memerlukan Internet yang menjadi kendala utama di lokasi terpencil.
Sumbo S. Sandi, guru SMPN Abdo Kabupaten Tamburau, Papua Barat Daya, mengatakan Awang Pengwisata sangat bermanfaat bagi masyarakat di pelosok untuk mengakses materi PMM secara offline.
“Tentunya ini menjadi solusi bagi mereka yang kesulitan mengakses PMM secara online,” kata Sumbo kepada media, belum lama ini.
Ngomong-ngomong, beberapa waktu lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan resmi menerbitkan sistem Driving Cloud.
Sistem ini memiliki empat fitur luar biasa. Evaluasi siswa terhadap mata pelajaran yang direkomendasikan; Di dalamnya juga mencakup hasil pembelajaran, tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran. Materi PMM pada sistem Driving Cloud sama dengan sistem berbasis web.
Sistem Driving Cloud kini telah mulai diuji coba di berbagai sekolah di enam provinsi: Papua Barat, Lampung, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan Aceh.
Menurut Sumbo, selain memecahkan permasalahan Internet, keberadaan Mobilizing Cloud juga menginspirasi kegiatan berbeda bagi guru lainnya.
Berdasarkan inspirasi materi di sistem Pengmobile Cloud, para guru dari daerah terpencil membentuk komunitas dan mendiskusikan banyak materi, termasuk kearifan lokal dan demokrasi.
“Ini merupakan proyek bersama komunitas guru lokal kami untuk mengajarkan konsep profil siswa Pancasila termasuk konten kearifan lokal,” ujarnya.
Perspektif individu guru juga berubah dan mereka semakin termotivasi untuk memperkenalkan berbagai inovasi dalam proses pembelajaran di kelasnya. Salah satunya adalah hadirnya materi literasi digital dalam proses belajar mengajar di kelas.
“Yang pasti banyak manfaat signifikan dari penerapan Driving Cloud,” tegas Sumbo.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Yohannes Fandi Putra William Wowar, guru SMPN 2 Lolak di Kabupaten Boran Mongondo, Sulawesi Utara.
Menurutnya, dengan adanya Mobilizing Cloud, maka guru di daerah terpencil bisa memiliki akses yang lebih baik terhadap materi kurikulum mandiri dan tidak ketinggalan dengan guru di perkotaan yang memiliki akses internet lebih baik.
Menurut Johannes, setiap guru sangat antusias menjelaskan sejauh mana modul telah dipelajari dan tindakan apa saja yang telah dilakukan.
“Di dalam sekolah, kita bisa memanfaatkan Driving Cloud untuk berkolaborasi memajukan pendidikan di sekolah,” ujarnya.
Tuning Supriyadi, Direktur Pusat Mobilisasi Guru Papua Barat, berharap berbagai fasilitas yang diberikan Awang Pembangun akan memudahkan seluruh guru di daerah terpencil dalam mengakses informasi.
Guru juga mulai merasakan dukungan yang lebih luas dari berbagai pemangku kepentingan yang sebelumnya dianggap kurang peduli dalam mengakses informasi dari jarak jauh.
Ia mencatat bahwa sejauh ini banyak guru yang merasakan kemudahan penggunaan dan kepraktisan sistem Mobilizing Cloud. Oleh karena itu, banyak sekolah yang secara aktif berupaya untuk membuat sistem ini tersedia bagi para guru.
“Keinginan kami sederhana: Tidak peduli siapa gurunya, di mana pun mereka berada, kami ingin siswa kami memiliki akses terhadap sumber daya, mendapat informasi, dan meningkatkan potensi mereka,” tutup Chewning.