Jakarta, ditphat.net – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bekerja sama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemenkominfo) meluncurkan hasil survei “Penetrasi pengguna internet di daerah tertinggal”.
Survei ini bertujuan untuk mendapatkan wawasan lebih dalam mengenai tantangan dan peluang terkait pembangunan infrastruktur Internet di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta memberikan wawasan mengenai kondisi dan kebutuhan penyedia layanan Internet (ISP) di Indonesia . berjalan
Survei ini tidak hanya sekedar angka, tetapi juga mencerminkan realitas dan tantangan yang dihadapi dalam pemerataan akses Internet di seluruh Indonesia, khususnya di wilayah 3T, kata Ketua Umum APJII, Muhammad Arif Angga, di Jakarta, Selasa. , 17 September 2024.
Dengan menggunakan metode probabilitas sampling, survei “Penetrasi Pengguna Internet di Daerah Tertinggal” melibatkan 1.950 responden dari 17 provinsi, 64 kabupaten di daerah tertinggal dan 322 ISP. Masa penyidikan akan berlangsung pada Juli hingga September 2024.
Dalam kesempatan itu, Direktur Telekomunikasi Direktorat Jenderal Pos dan Informatika (PPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Aju Widya Sari menyampaikan pentingnya infrastruktur telekomunikasi untuk mencapai transformasi digital.
Ia menyebut transformasi digital merupakan langkah strategis untuk memperkuat fundamental perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, survei yang dapat berguna untuk memperoleh data mengenai tantangan dan peluang pengembangan infrastruktur Internet di zona 3T penting untuk transformasi digital.
“Wilayah tengah dan timur Indonesia perlu mendapat perhatian lebih, karena banyak daerah yang belum memiliki infrastruktur yang memadai. Saat ini teridentifikasi 1.020 desa yang membutuhkan sinyal internet, dimana sekitar 464 desa telah selesai, dan 556 desa masih menunggu. terus-menerus,” katanya.