MEDAN, ditphat.net – Pada tahun 2024, pembangunan dan renovasi fasilitas Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 di Provinsi Aceh dan Sumatera Utara berdampak pada pengembangan atlet berkelanjutan yang memiliki warisan luar biasa bagi kedua provinsi tersebut.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Dito Ariotejo mengatakan, pusat olahraga yang ada di Provinsi Sumatera Utara ini terletak di Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Memiliki venue seperti atletik, voli indoor, dan sepak bola di stadion utama Sumut.
Pembangunan jalan bantu menuju kompleks olahraga dan luar stadion induk memang belum selesai, namun menjadi warisan besar bagi Sumut ke depannya, kata Ditto kepada wartawan di Kota Medan, Jumat 20 September 2024.
Fasilitas olahraga Sports Centre, dengan sertifikasi nasional dan internasional. Sehingga pembinaan atlet dapat dilakukan secara bertahap mulai dari tingkat daerah hingga nasional, mempersiapkan atlet agar siap bersaing di tingkat nasional dan internasional.
“Di komplek ini sudah ada tiga lokasi yang bisa saya ambil dengan sangat baik, yang pertama lapangan voli, nanti akan menjadi lapangan yang bisa ditiru di daerah lain, tempat pertama didedikasikan untuk bola voli di Indonesia, dan fasilitasnya sangat bagus. Dito menjelaskan.
Meski masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, Ditto mengatakan situs-situs tersebut merupakan warisan yang bermanfaat bagi Sumut. Sifat atletisnya, apalagi ia mempunyai sertifikat atletik dunia. Jarang ada tempat seperti ini di Indonesia.
Saya langsung menjawab: Tahun depan kejuaraan Asia harus diadakan melalui venue atletik Kompleks Olahraga Sumut. Dan kapasitasnya 75.000 kursi, itu bagus sekali. Masih harus dilihat apakah Pemprov akan menyediakan fasilitas pendukung di dekatnya. Bagaimana apakah itu membaik,” kata Ditto.
Sementara itu, Ditto menjelaskan, fasilitas di Aceh serupa dengan di Sumut, karena Kompleks Olahraga Harapan Bansa dibangun kembali dengan sangat detail dan desain.
“Saya yakin olahraga Komplek Harapan Bangsa merupakan olahraga yang berpotensi untuk terus berlanjut di Aceh. Oleh karena itu, tidak akan ketinggalan,” kata Dito.
Ditto menyarankan sejumlah cabang olahraga (cabor) yang berpotensi berkembang kuat di Aceh dan sengaja dimasukkan ke dalam wilayah TNI atau tempat pendidikan perguruan tinggi.
“Saya yakin dengan warisan seperti ini akan memudahkan pembangunan berkelanjutan,” kata Dito.
Ditto mengatakan, hal serupa akan dilakukan ke depan, seraya menambahkan Kemenpora ingin PON ada kepastian stabilitasnya.
“PON tidak bisa digunakan lagi jika lokasi, sarana dan prasarana sudah ada,” kata Ditto.
Dito mengatakan, Kemenpora sangat membutuhkan pencarian bakat para atlet yang kemudian bisa berlatih dan mempersiapkan diri untuk berbagai event di Sea Games, Asian Games, dan Olimpiade.
“Kami juga ingin menyederhanakan jumlah cabang olahraga di PON ke depan. Secara khusus, kami ingin PON fokus, prioritas pertama adalah fokus pada olahraga peserta Olimpiade, disusul olahraga Asia, dan olahraga laut. Dito menjelaskan.