SIRING, Vientiane – Enam nelayan tewas misterius di kapal KM Sri Mariana di sekitar Pulau Timpurang. Belum diketahui penyebab dan kapan mereka dibunuh di perairan Selat Sunda, dan penyelidikan masih terus dilakukan.
Penyebab kematian dan sakitnya korban masih menunggu hasil visum dan visum, kata Kompol Yunus Hadit Paranoto. kata Kepala Sumber Daya Udara dan Air pada Senin, 5 Agustus 2024.
Kapolres Provinsi Bantin menerima kabar meninggalnya nelayan tersebut. Minggu pagi, 4 Agustus 2024 pukul 12.30 WIB.
Kemudian pada pagi harinya jenazah dikeluarkan menggunakan kantong jenazah. dan dipindahkan ke RSUD Sereng sambil menunggu izin pihak keluarga untuk melakukan autopsi.
Kemudian pada pukul 05.30 WIB ditemukan koordinasi dengan informasi awal. Kapal nelayan tersebut kemudian tenggelam di KMB Pelangi di perairan Plurida, jelasnya.
Seluruh jenazah dikeluarkan menggunakan kantong jenazah dan dibawa ke RSUD Serang, sedangkan satu orang dalam kondisi kritis dan 10 awak kapal dibawa ke RS Krakatu Medica untuk mendapatkan perawatan.
Sedangkan sembilan orang lainnya sakit, satu orang di antaranya kritis. Dan dibawa ke RSUD Krakatau Medica, jelasnya.
Informasi yang diperoleh, awak pesawat yang berada di kapal berjumlah 35 orang, 6 orang diantaranya meninggal dunia dan 11 orang awak kapal dalam perawatan. Sisanya dikarantina di KM Sri Mariana yang berlabuh di Pelabuhan Polres Buntin di Polerud.
Pada Senin, 5 Agustus 2024, tim gabungan Balai Karantina Kesehatan Polres Buntin Tingkat 1 Buntin dan Dinas Kesehatan Ceylon di KM Sri Mariana melakukan pemeriksaan kesehatan.
Personil yang berpartisipasi mengenakan alat pelindung diri (APD) yang biasa digunakan oleh petugas kesehatan (SNAP) untuk merawat pasien COVID-19.
Berikut daftar awak kapal yang meninggal: Abdul Majani Handiana alias Rahmat (tidak ada dalam daftar kru) Agung (tidak ada dalam daftar kru) Irfan Agung Prostiv Erwan Septian alias Rafki